Merujuk pada Lenin, Radek menyatakan bahwa kediktatoran demokratik telah tercapai di dalam bentuk kekuasaan ganda. Benar, kadang kala – dan lebih jauh lagi, secara kondisional – Lenin memang memaparkan masalah tersebut dengan cara itu; saya akui itu. “Kadang kala?” Radek menjadi marah dan menuduh saya menyerang salah satu ide Lenin yang paling fundamental. Namun Radek menjadi marah hanya karena dia salah. Dalam “Lessons of October”, yang dikritik oleh Radek setelah menunggu sekitar 4 tahun, saya menginterpretasikan kata-kata Lenin mengenai “realisasi” kediktatoran demokratik seperti berikut ini:
“Sebuah koalisi buruh dan tani hanya dapat mengambil bentuk sebagai sebuah bentuk kekuasaan yang belum matang dan tidak mampu merebut kekuasaan sejati – dia hanya dapat mengambil bentuk sebagai sebuah tendensi dan bukan sebagai fakta konkrit.” (Trotsky. “Lessons of October”, dari “Collected Works”, Vol. III, Bag. 1)
Menanggapi interpretasi tersebut, Radek menulis: “Interpretasi terhadap salah satu teori Lenin yang terkemuka semacam ini sama sekali tak ada nilainya.” Kata-kata tersebut diikuti dengan rujukan ke tradisi-tradisi Bolshevisme yang menyedihkan, dan akhirnya kesimpulannya: “Masalah ini terlalu penting untuk dijawab dengan referensi dari apa yang kadang kala dikatakan oleh Lenin.”
Dengan ini, Radek ingin memunculkan sebuah kesan bahwa saya menganalisa dengan seenaknya salah satu ide Lenin “yang paling terkemuka”. Namun Radek marah dengan sia-sia. Sedikit pemahaman akan sangat berguna di sini. Presentasi saya di dalam “Lessons of October”, meskipun sangat padat, tidak bersandar pada sebuah inspirasi sesaat yang berdasarkan kutipan-kutipan dari orang kedua. Karya tersebut adalah sebuah penelitian yang benar-benar menyeluruh terhadap tulisan-tulisan Lenin. Karya tersebut meringkas esensi pemikiran Lenin mengenai masalah ini, sementara presentasi bertele-tele Radek, meskipun dipenuhi banyak kutipan, tidak mengandung satu arti apapun dari pemikiran Lenin.
Kenapa saya menggunakan kata “kadang kala”? Karena memang demikian. Lenin mengatakan bahwa kediktatoran demokratik “terealisasi” dalam bentuk kekuasaan ganda (“dalam bentuk tertentu dan hingga titik tertentu”) hanya dalam periode antara April dan Oktober 1917, yakni sebelum revolusi demokratik yang sesungguhnya terlaksanakan. Radek tidak memperhatikan, tidak memahami dan tidak mengevaluasi ini. Di dalam perjuangan melawan para epigone hari ini, Lenin berbicara secara kondisional mengenai “realisasi” kediktatoran demokratik. Dia melakukan ini bukan untuk memberikan karakterisasi sejarah pada periode kekuasaan ganda – dalam bentuk tersebut hal itu tidak akan masuk akal – namun untuk berargumen melawan mereka-mereka yang mengharapkan edisi kedua yang lebih baik dari kediktatoran demokratik yang independen. Kata-kata Lenin hanya berarti bahwa tidak ada dan tidak akan ada kediktatoran demokratik di luar keguguran kandungan kekuasaan ganda. Dan untuk alasan ini partai Bolshevik harus “dipersenjatai ulang”, yakni dengan mengubah slogannya. Untuk menyatakan bahwa koalisi Menshevik dan Sosialis Revolusioner dengan kaum borjuasi, yang menolak memberikan tanah kepada kaum tani dan memburu kaum Bolshevik, adalah “realisasi” slogan Bolshevik – ini entah berarti secara sengaja memutar balik fakta atau seseorang sudah tidak waras.
Untuk menjawab kaum Menshevik, sebuah argumentasi dapat diajukan, yang dalam tingkatan tertentu serupa dengan argumen Lenin melawan Kamenev: “Kau mengharapkan kaum borjuasi untuk memenuhi misi “progresif” dalam revolusi? Misi tersebut telah tercapai: peran politik Rodzianko[1], Guchkov[2] dan Milyukov adalah peran paling maksimal yang bisa dimainkan oleh kaum borjuasi, seperti juga Kerensky-isme adalah hal paling maksimal yang bisa dicapai oleh revolusi demokratik sebagai sebuah tahapan independen.”
Fitur-fitur anatomi rudimen (rudimen adalah organ tubuh yang perkembangannya terhenti dan tidak punya fungsi, seperti tulang ekor, gigi bungsu, usus buntu, dll. – Ed.) menunjukkan bahwa nenek moyang kita punya ekor. Fitur-fitur tersebut cukup untuk mengkonfirmasikan kesatuan genetik dunia binatang. Namun manusia tidak punya ekor. Lenin menunjukkan kepada Kamenev rudimen kediktatoran demokratik dalam rejim kekuasaan ganda, memperingatkan dia bahwa tidak ada organ baru yang dapat diharapkan dari rudimen tersebut. Dan kita tidak memiliki kediktatoran demokratik yang independen, meskipun kita sudah menyelesaikan revolusi demokratik lebih dalam, lebih tegas, lebih murni ketimbang yang pernah dilakukan di manapun.
Radek harus mempertimbangkan bahwa jika di dalam periode dari Februari hingga April kediktatoran demokratik telah sesungguhnya tercapai, bahkan Molotov akan mengakuinya. Partai Bolshevik dan kelas buruh memahami kediktatoran demokratik sebagai sebuah rejim yang tanpa ampun akan menghancurkan aparatus negara lama milik monarki dan sepenuhnya melikuidasi kepemilikan tanah dari para bangsawan. Tetapi ini sama sekali tidak terjadi di dalam periode Kerensky. Bagaimanapun juga bagi Partai Bolshevik, ini adalah persoalan realisasi nyata dari tugas-tugas revolusioner dan bukan pengungkapan “rudimen” sosiologis dan historis tertentu. Dalam rangka mencerahkan musuh-musuhnya secara teoritis, Lenin menerangkan dengan baik rudimen-rudimen yang tidak berkembang itu. Namun Radek berusaha keras untuk meyakinkan kita bahwa dalam periode kekuasaan ganda (atau periode ketidakberdayaan), “kediktatoran” ini eksis dan revolusi demokratik telah tercapai. Hanya saja, revolusi ini sungguh adalah sebuah “revolusi demokratik” yang sedemikan rupa sehingga membutuhkan semua kejeniusan Lenin untuk mengenalinya. Tetapi, justru inilah yang menandakan bahwa “revolusi demokratik” tersebut tidak terealisasi. Revolusi demokratik yang sejati adalah sesuatu yang akan dapat dengan mudah dikenali oleh setiap petani buta huruf di Rusia atau Cina. Namun sepanjang ini berkaitan dengan karakter morfologis, itu adalah hal yang lebih sulit. Sebagai contoh, meskipun sudah mendapatkan pelajaran dari Kamenev di Rusia, adalah mustahil untuk membuat Radek melihat kenyataan bahwa di Cina kediktatoran demokratik yang serupa juga telah “terealisasikan” (yakni “terealisasikan” melalui Kuomintang); dan ini terealisasikan jauh lebih penuh dan dalam bentuk yang lebih sempurna ketimbang di negeri kita melalui institusi kekuasaan ganda. Hanya orang dungu yang dapat mengharapkan “demokrasi” edisi kedua yang lebih baik di Cina.
Jika kediktatoran demokratik telah terealisasikan di negeri kita dalam bentuk Kerenskyisme, yang memainkan peran kacung untuk Lloyd George dan Clemenceau , maka kita harus mengatakan bahwa sejarah mengolok-olok dengan kejam slogan strategis Bolshevisme. Untungnya, tidaklah demikian. Slogan Bolshevik pada kenyataannya tercapai – bukan sebagai rudimen, namun sebagai sebuah realitas sejarah yang luar biasa. Hanya saja slogan tersebut tercapai bukan sebelum Revolusi Oktober, tapi setelahnya. Perang tani, dalam kata-kata Marx, mendukung kediktatoran proletariat. Kolaborasi buruh dan tani tercapai melalui Revolusi Oktober dalam skala luar biasa. Pada waktu itu, setiap petani yang bodoh memahami dan merasakan, bahkan tanpa komentar-komentar dari Lenin, bahwa slogan Bolshevik telah diberikan kehidupan. Dan Lenin sendiri memperkirakan Revolusi Oktober – dalam tahapan pertamanya – sebagai pencapaian sesungguhnya dari revolusi demokratik, dan oleh karena itu juga sebagai perwujudan sesungguhnya dari slogan strategis Bolshevik, bahkan bila slogan tersebut sudah berubah. Keseluruhan pemikiran Lenin harus dipertimbangkan. Dan terutama pemikiran Lenin setelah Revolusi Oktober, ketika dia mengamati dan mengevaluasi seluruh peristiwa dari titik pandang yang lebih tinggi. Akhirnya, pemikiran Lenin harus dianalisa dengan metode Leninis dan bukan dengan metodenya para epigone.
Masalah karakter kelas revolusi ini dan “pertumbuhannya” dianalisa oleh Lenin (setelah Revolusi Oktober) di dalam bukunya yang ditulis untuk melawan Kautsky. Inilah salah satu kalimat yang seharusnya direfleksikan sedikit oleh Radek.
“Benar, revolusi kita (Revolusi Oktober – L. T) adalah revolusi borjuis, selama kita berjalan bersama kaum tani secara keseluruhan. Hal ini sangat jelas bagi kita; kita telah mengatakannya ratusan dan ribuan kali sejak 1905, dan kita tidak pernah mencoba meloncati tahapan proses sejarah yang dibutuhkan ini atau menghilangkannya dengan dekrit.”
Dan lebih jauh lagi:
“Semua telah terjadi seperti yang telah kita katakan. Jalan yang diambil oleh revolusi ini telah mengkonfirmasi kebenaran argumen kita. Pertama, dengan “keseluruhan” kaum tani melawan monarki, tuan tanah, rejim abad pertengahan (dan sampai tingkatan tersebut, revolusi ini tetaplah borjuis, borjuis-demokratik). Lalu dengan kaum tani yang paling miskin, dengan kaum semi-proletar, dengan semua yang tertindas, melawan kapitalisme, termasuk penduduk desa yang kaya, kulak (petani kaya), para lintah darah, dan pada tingkatan tersebut revolusi ini menjadi revolusi sosialis.” (Lenin. “The Proletarian Revolution and the Renegade Kautsky”, 1918)
Inilah bagaimana Lenin memaparkan persoalan ini – bukan “kadang kala” tetapi selalu, atau lebih tepatnya, hampir selalu – ketika dia memberikan sebuah evaluasi final, umum dan yang disempurnakan mengenai revolusi Rusia, termasuk Revolusi Oktober. “Semua telah terjadi seperti yang telah kita katakan”. Revolusi borjuis-demokratik tercapai sebagai sebuah koalisi buruh dan tani. Pada periode Kerensky? Tidak, ini tercapai pada periode pertama setelah Revolusi Oktober. Apakah itu benar? Iya benar. Namun seperti yang kita ketahui, revolusi borjuis-demokratik ini tercapai bukan dalam bentuk kediktatoran demokratik namun dalam bentuk kediktatoran proletariat. Dengan ini, formula aljabar yang lama tersebut tidak dibutuhkan lagi.
Jika argumen kondisional Lenin dalam melawan Kamenev pada 1917 dan karakterisasi Leninis dari Revolusi Oktober pada tahun-tahun berikutnya dibandingkan secara tidak kritis, maka dapat disimpulkan bahwa ada dua revolusi demokratik yang “tercapai” di Rusia. Ini terlalu berlebihan, terutama karena revolusi demokratik yang kedua dipisahkan dari yang pertama oleh pemberontakan bersenjata kaum proletar.
Sekarang bandingkan kutipan di atas dari buku Lenin, “The Proletarian Revolution and the Renegade Kautsky”, dengan kalimat dari buku “Hasil dan Prospek” saya dimana dalam bab berjudul “Rejim Proletariat”, saya menjelaskan tahapan pertama kediktatoran proletariat ini dan prospek perkembangannya ke depan:
“Penghapusan feodalisme akan didukung oleh seluruh kaum tani, yang merupakan kelas yang memikul beban ini. Pajak-penghasilan progresif juga akan didukung oleh mayoritas kaum tani. Tetapi undang-undang apapun yang ditujukan untuk melindungi kaum proletar tani (kaum buruh tani) tidak akan menerima simpati aktif dari mayoritas kaum tani dan juga akan ditentang oleh minoritas kaum tani.”
“Kaum proletar akan menemui dirinya sendiri terpaksa membawa perjuangan kelas ke dalam pedesaan dan dengan cara ini menghancurkan komunitas kepentingan yang dapat ditemui di antara semua kaum tani, walaupun dalam batas-batas yang relatif sempit. Segera setelah ia merebut kekuasaan, kaum proletar harus mencari dukungan dari antagonisme antara kaum desa miskin dan kaum desa kaya, antara kaum buruh tani dan kaum borjuasi tani.” (Trotsky. “Hasil dan Prospek”)
Sungguh ini sama sekali tidak seperti “pengabaian” terhadap kaum tani, atau “antagonisme” antara Lenin dan saya!
Kutipan dari Lenin di atas tidak berdiri sendiri dalam karya-karyanya. Sebaliknya, selalu dengan Lenin, formula baru ini, yang menjelaskan peristiwa-peristiwa dengan lebih mendalam, menjadi poros dari pidato-pidatonya dan artikel-artikelnya dalam seluruh periode. Pada Maret 1919, Lenin berkata:
“Pada Oktober 1917 kita merebut kekuasaan bersama dengan kaum tani secara keseluruhan. Ini merupakan sebuah revolusi borjuis, karena perjuangan kelas dalam distrik-distrik pedesaan belumlah berkembang.” (Lenin. “Eighth Congress of the R.C.P.: Report on Work in the Countryside”)
Berikut ini dikatakan oleh Lenin pada kongres partai bulan Maret 1919:
“Di sebuah negeri di mana kaum proletar berkewajiban untuk mengambil kekuasaan dengan bantuan kaum tani, di mana jatuh pada pundak kaum proletar untuk bertindak sebagai agen revolusi borjuis-kecil, hingga pengorganisasian Komite Petani Miskin, yakni hingga musim panas dan bahkan musim gugur 1918, revolusi kita secara garis besar adalah sebuah revolusi borjuis.” (Lenin. “Eighth Congress of the R.C.P.: Report of the Central Committee”)
Kata-kata ini sering diulang oleh Lenin dalam berbagai variasi dan dalam berbagai kesempatan. Namun Radek dengan mudahnya mengabaikan gagasan utama Lenin ini, yang memainkan peran yang penting di dalam kontroversi ini.
Kaum proletar mengambil kekuasaan bersama dengan kaum tani pada bulan Oktober, kata Lenin. Dengan ini saja, revolusi tersebut adalah sebuah revolusi borjuis. Apakah itu benar? Dalam arti tertentu, iya. Tetapi ini berarti bahwa kediktatoran demokratik proletar dan tani yang sesungguhnya, yaitu kediktatoran yang benar-benar menghancurkan rejim otokrasi dan perhambaan serta merebut tanah dari kaum feudal, dituntaskan bukan sebelum Revolusi Oktober, namun hanya setelah Revolusi Oktober; ini dituntaskan, menggunakan kata-kata Marx, dalam bentuk kediktatoran proletariat yang didukung oleh perang tani – dan kemudian, beberapa bulan kemudian, mulai tumbuh menjadi sebuah kediktatoran sosialis. Apakah ini sulit dipahami? Dapatkah perbedaan pendapatan muncul dari poin tersebut hari ini?
Menurut Radek, dosa-dosa teori “Revolusi Permanen” adalah mencampur-aduk tahapan borjuis dengan tahapan sosialis. Namun dalam kenyataan, dinamika kelas sangatlah “tercampur-aduk”, yakni menggabungkan kedua tahapan tersebut, sampai-sampai ahli metafisika kita tidak mampu menemukan benang merahnya.
Tentu saja ada banyak lubang dan pernyataan-pernyataan yang keliru yang dapat ditemukan di dalam “Hasil dan Prospek”. Namun toh karya tersebut ditulis bukan pada 1928, namun jauh sebelum Revolusi Oktober – yakni sebelum Oktober 1905. Masalah lubang-lubang di dalam teori Revolusi Permanen, atau lebih tepatnya di dalam argumentasi-argumentasi dasar teori tersebut pada waktu itu, bahkan tidak digubris oleh Radek; karena mengikuti para gurunya – para epigone – dia tidak menyerang lubang-lubang ini, namun menyerang sisi-sisi terkuat dari teori Revolusi Permanen yang telah dikonfirmasikan oleh perkembangan sejarah. Dia menyerang mereka dengan menggunakan kesimpulan-kesimpulan yang sepenuhnya palsu, yang dia tarik dari formulasi Lenin – yang belum dipelajarinya secara menyeluruh dan sampai tamat.
Berakrobat dengan kutipan-kutipan tua adalah praktek umum yang dilakukan oleh seluruh gerombolan epigone dalam landasan yang sama sekali tidak berkaitan dengan proses sejarah yang nyata. Namun ketika para musuh “Trotskisme” harus dengan serius dan teliti menganalisa perkembangan Revolusi Oktober yang riil – yang kadang-kadang harus dilakukan oleh beberapa dari mereka – maka mereka mau-tidak-mau tiba pada formulasi teori Revolusi Permanen yang mereka tolak. Kita menemukan buktinya dalam karya A. Yakovlev yang didedikasikan untuk sejarah Revolusi Oktober. Relasi-relasi kelas di dalam Rusia lama diformulasikan oleh pengarang tersebut, yang hari ini telah menjadi boneka dari faksi yang berkuasa dan lebih terpelajar daripada Stalinis yang lain, dan terutama Stalin sendiri, sebagai berikut:
“Kita melihat keterbatasan ganda dalam pemberontakan tani (Maret hingga Oktober 1917). Mengangkat dirinya sendiri hingga ke tingkat perang tani, pemberontakan tersebut tidak mampu mengatasi keterbatasannya, tidak mampu meledak menghancurkan batasan-batasan dari tugas mendesaknya untuk menghancurkan tuan tanah; tidak mengubah dirinya sendiri menjadi sebuah gerakan revolusioner terorganisir; tidak mampu menjadi lebih dari ledakan spontan yang adalah karakter gerakan tani.”
“Pemberontakan tani – yang merupakan sebuah pemberontakan spontan, yang tujuannya terbatas untuk menghancurkan tuan tanah – dengan sendirinya tidak dapat menang, tidak dapat menghancurkan kekuasaan negara yang menindas kaum tani dan yang mendukung tuan tanah. Itulah mengapa gerakan agraria dapat menang hanya jika dipimpin oleh kelas urban … itulah alasan mengapa nasib revolusi agraria, dalam analisa terakhir, tidak ditentukan oleh puluhan ribu penduduk desa, namun oleh ratusan penduduk kota. Hanya kelas buruh, yang menghantarkan sebuah pukulan mematikan kepada kaum borjuasi di kota-kota pusat, dapat membawa pemberontakan tani ke kemenangan; hanya kemenangan kelas buruh di kota-kota yang dapat merobek gerakan tani keluar dari batasan-batasan bentrokan spontan puluhan juta petani dengan puluhan ribu tuan tanah; pada akhirnya hanya kemenangan kelas buruh yang dapat meletakkan pondasi untuk pembentukan sebuah organisasi petani tipe baru yang menyatukan petani miskin dan menengah bukan dengan kaum borjuasi tetapi dengan kelas buruh. Masalah kemenangan pemberontakan tani adalah masalah kemenangan kelas buruh di kota-kota.”
“Ketika buruh menghantarkan sebuah pukulan yang menentukan kepada pemerintahan borjuis pada bulan Oktober, mereka oleh karena itu memecahkan masalah kemenangan pemberontakan tani.”
Dan lebih jauh lagi:
“… Keseluruhan esensi dari masalah ini adalah sebagai berikut: karena kondisi-kondisi sejarah yang ada, kaum borjuasi Rusia pada 1917 beraliansi dengan para tuan tanah. Bahkan faksi-faksi paling kiri dari kaum borjuasi, seperti Menshevik dan Sosialis-Revolusioner, tidak berani menentang kesepakatan-kesepakatan yang menguntungkan tuan tanah. Inilah perbedaan yang paling penting antara kondisi-kondisi Revolusi Rusia dan Revolusi Perancis yang terjadi lebih dari seratus tahun yang lalu … Revolusi tani tidak dapat menang sebagai sebuah revolusi borjuis pada 1917. (Tepat sekali! – L. T) Dua jalan terbuka baginya. Entah kalah di bawah pukulan kaum borjuasi dan tuan tanah atau – menang sebagai gerakan yang mendampingi dan memberikan dukungan pada revolusi proletar. Dengan mengambilalih misi kaum borjuasi dalam Revolusi Besar Perancis, dengan mengambilalih tugas memimpin revolusi demokratik agraria, kelas buruh Rusia mendapatkan kemungkinan untuk memenangkan revolusi proletar.” (A. Yakovlev. “The Peasant Movement in 1917”, State Publishing House, 1927, x-xi, xi-xii).
Apa elemen-elemen fundamental dari argumentasi Yakovlev di atas? Ketidakmampuan kaum tani untuk memainkan peran politik yang independen: yang secara tak terelakkan menghasilkan peran kepemimpinan kelas urban. Ketidakmampuan kaum borjuasi Rusia dalam memimpin revolusi agraria: yang secara tak terelakkan menghasilkan peran kepemimpinan proletariat, yang harus merebut kekuasaan sebagai pemimpin revolusi agraria; akhirnya, secara tak terelakkan menghasilkan kediktatoran proletariat yang didukung oleh perang tani dan membuka epos revolusi sosialis. Ide pokok ini menghancurkan hingga ke akar-akarnya pengajuan masalah karakter “borjuis” atau “sosialis” dari revolusi Rusia yang dilakukan secara metafisis. Intisari dari persoalan tersebut terletak pada fakta bahwa masalah agraria, yang menyusun basis revolusi borjuis, tidak dapat dituntaskan di bawah tatanan borjuis. Kediktatoran proletariat muncul ke depan bukan setelah penuntasan revolusi demokratik agraria namun sebagai prasyarat bagi penuntasannya. Dengan kata lain, dalam skema yang diformulasikan Yakovlev secara retrospektif, kita memiliki semua elemen-elemen fundamental dari teori Revolusi Permanen seperti yang saya formulasikan pada 1905. Bagi saya, formulasi teori Revolusi Permanen pada saat itu (tahun 1905) adalah sebuah prognosis sejarah. Yakovlev, mengandalkan studi-studi pendahuluan dari seluruh staf peneliti muda, menarik kesimpulan dari tiga revolusi tersebut, 22 tahun setelah revolusi yang pertama (Revolusi 1905) dan 10 tahun setelah Revolusi Oktober. Lalu hasilnya? Rakovlev mengulang hampir secara harafiah formulasi saya pada 1905.
Namun bagaimana sikap Yakovlev terhadap teori Revolusi Permanen? Dia bersikap seperti seorang fungsionaris Stalinis yang ingin mempertahankan posisinya dan bahkan naik ke posisi yang lebih tinggi. Lalu bagaimana caranya Yakovlev mendamaikan evaluasinya mengenai tenaga-tenaga penggerak Revolusi Oktober dengan perjuangan melawan “Trotskisme”? Sangat sederhana: dia tidak memikirkannya sama sekali. Seperti para pejabat liberal Tsar, yang mengakui teori Darwin tetapi pada saat yang sama pergi ke gereja secara reguler, Yakovlev juga membeli hak untuk mengekspresikan ide-ide Marxis dari waktu ke waktu dengan harga berpartisipasi dalam penyerangan ritualistik terhadap teori Revolusi Permanen. Banyak sekali contoh seperti ini.
Juga, Yakovlev tidak menulis karya yang dikutip di atas atas inisiatifnya sendiri, namun atas dasar keputusan Komite Sentral, yang pada saat yang sama membebankan kepada saya tugas mengedit karya Yakovlev[6]. Pada waktu itu, kesehatan Lenin masih diharapkan untuk membaik, dan tidak pernah terpikirkan oleh para epigone untuk memulai sebuah perselisihan palsu mengenai Revolusi Permanen. Bagaimanapun juga, dalam kapasitas saya sebagai mantan, atau lebih tepatnya, sebagai editor yang diajukan untuk menulis sejarah resmi Revolusi Oktober, saya dapat menyatakan dengan penuh kepuasan bahwa sang penulis (Yokavlev), dalam semua persoalan yang hari ini diperselisihkan, secara sadar atau tidak sadar secara harafiah menggunakan formulasi-formulasi karya terlarang dan tercela saya mengenai Revolusi Permanen (“Hasil dan Prospek”).
Evaluasi menyeluruh terhadap nasib sejarah slogan Bolshevik yang diformulasikan oleh Lenin menunjukkan dengan pasti bahwa perbedaan antara garis politik “Revolusi Permanen” dan garis politik Lenin adalah hal yang sekunder dan subordinat. Akan tetapi, apa yang menyatukan mereka adalah yang paling fundamental. Dan pondasi dari kedua garis politik tersebut, yang sepenuhnya disatukan oleh Revolusi Oktober, berada dalam antagonisme yang tak-terdamaikan tidak hanya dengan garis politik Februari-Maret milik Stalin dan garis politik April-Oktober milik Kamenev, Rykov dan Zinoviev, tidak hanya dengan seluruh kebijakan Stalin, Bukharin dan Martynov di Cina, tetapi juga dengan kebijakan “Cina”nya Radek hari ini.
Dan ketika Radek, yang mengubah posisinya dengan sangat radikal antara tahun 1925 dan paruh kedua tahun 1928, mencoba menuduh saya tidak memahami: “kompleksitas Marxisme dan Leninisme”, maka saya dapat menjawab: Pemikiran fundamental yang saya kembangkan 23 tahun yang lalu dalam buku “Hasil dan Prospek”, saya anggap sudah dikonfirmasikan oleh peristiwa-peristiwa sejarah sebagai sepenuhnya benar dan oleh karena itu sesuai dengan garis strategi Bolshevisme.
Terutama, saya tidak melihat sedikitpun alasan untuk menarik mundur apapun yang saya katakan pada 1922 mengenai Revolusi Permanen dalam kata pengantar buku saya “The Year 1905”, yang dibaca dan dipelajari oleh seluruh partai dalam banyak edisi dan dicetak ulang saat Lenin masih hidup, dan yang “mengusik” Kamenev hanya pada musim gugur 1924 dan Radek untuk pertama kalinya pada musim gugur 1928.
Pada kata pengantar tersebut:
“Pada periode antara 9 Januari (1905) dan pemogokan Oktober, sang penulis (Trotsky) membentuk gagasan-gagasan yang kemudian diberi nama: ‘teori Revolusi Permanen’. Nama yang cukup unik tersebut mengekspresikan ide bahwa revolusi Rusia, yang secara langsung dihadapkan dengan tugas-tugas borjuis, sama sekali tidak bisa berhenti di situ. Revolusi ini tidak akan mampu menyelesaikan tugas-tugas borjuis yang mendesak kecuali dengan meletakkan kaum proletar ke dalam kekuasaan …”
“Penilaian tersebut terkonfirmasikan sebagai sepenuhnya benar, meskipun harus menunggu selama 12 tahun. Revolusi Rusia tidak dapat berakhir dengan sebuah rejim borjuis-demokratik. Dia harus menyerahkan kekuasaan kepada kelas buruh. Jika kelas buruh masih terlalu lemah untuk merebut kekuasaan pada 1905, dia harus tumbuh semakin dewasa dan tumbuh kuat bukan di dalam republik borjuis-demokratik namun di dalam ilegalitas Tsarisme Tiga-Juni[7].” (Trotsky. “The Year 1905”, Kata Pengantar)
Sebagai tambahan, saya ingin mengutip salah satu penilaian polemik tertajam yang saya ajukan terhadap slogan “kediktatoran demokratik”. Pada 1909, saya menulis dalam koran Polandia milik Rosa Luxemburg:
“Sementara kaum Menshevik, yang memulai dari abstraksi bahwa ‘revolusi kita adalah revolusi borjuis’ tiba pada gagasan untuk mengadaptasi keseluruhan taktik kaum proletar dengan taktik kaum borjuasi liberal, hingga saat perebutan kekuasaan negara, kaum Bolshevik, yang memulai dari abstraksi yang sama: ‘kediktatoran demokratik, bukan sosialis’, tiba pada gagasan bahwa kaum proletar harus membatasi dirinya pada revolusi borjuis-demokratik dengan kekuasaan di tangannya. Perbedaan antara mereka dalam persoalan ini jelas cukup penting: sementara karakter anti-revolusioner Menshevisme telah ditunjukkan sepenuhnya sekarang, karakter anti-revolusioner Bolshevisme dapat menjadi sebuah ancaman besar hanya pada saat kemenangan revolusi.”
Pada kalimat di atas tersebut, yang dicetak ulang dalam edisi Rusia karya saya “The Year 1905”, saya membuat catatan tambahan pada Januari 1922:
“Seperti yang telah diketahui, hal tersebut tidak terjadi karena Bolshevisme di bawah kepemimpinan Lenin (meskipun bukan tanpa perjuangan internal) berhasil mempersenjatai ulang dirinya secara ideologis pada momen yang paling penting tersebut pada musim semi 1917, yaitu sebelum perebutan kekuasaan.”
Dua kutipan tersebut telah dibombardir dengan kritik-kritik yang kejam semenjak 1924. Sekarang setelah tertunda 4 tahun, Radek juga telah bergabung dengan kritik tersebut. Namun jika kita merefleksikan kutipan-kutipan tersebut dengan cermat, harus diakui bahwa kutipan-kutipan tersebut berisi sebuah prognosis yang penting dan sebuah peringatan yang sama pentingnya. Kenyataannya bahwa pada momen Revolusi Februari seluruh “Kader Tua” Bolshevik memegang posisi kediktatoran demokratik yang bertentangan dengan kediktatoran sosialis. Dari formulai “aljabar” Lenin murid-murid terdekatnya membuat sebuah konstruksi yang sepenuhnya metafisik dan mengarahkannya melawan perkembangan riil dari revolusi. Pada satu momen sejarah yang paling penting, kepemimpinan utama Bolshevik di Rusia mengadopsi sebuah posisi yang reaksioner, dan jika Lenin tidak kembali pada waktu yang tepat mereka dapat saja menikam Revolusi Oktober di bawah spanduk perjuangan melawan Trotskisme, seperti halnya mereka lalu menikam Revolusi Cina. Dengan sangat saleh, Radek menjelaskan bahwa posisi keliru dari keseluruhan strata kepemimpinan partai tersebut adalah semacam “kecelakaan (kebetulan)”. Namun penjelasan Radek ini memiliki nilai yang kecil sebagai sebuah penjelasan Marxis atas posisi demokratik vulgar dari Kamenev, Zinoviev, Stalin, Molotov, Rykov, Kalinin[8], Milyutin[9], Krestinsky[10], Frunze[11], Yaroslavsky, Ordzhonikidze, Preobrazhensky, Smilga[12] dan lusinan “Bolshevik Tua” lainnya. Bukankah lebih tepat untuk mengakui bahwa formula aljabar Bolshevik yang tua ini mengandung bahaya tertentu di dalamnya? Seperti yang selalu terjadi dengan formula revolusioner yang ambigu, perkembangan politik mengisi formula aljabar ini dengan sebuah isi yang bermusuhan dengan revolusi proletar. Jika Lenin tinggal di Rusia dan mengamati perkembangan partai Bolshevik hari demi hari, terutama selama peperangan (Perang Dunia Pertama – Ed.), sudah pasti dia akan memberikan koreksi dan klarifikasi yang dibutuhkan pada waktunya. Untungnya bagi revolusi, dia kembali ke Rusia pada waktunya, meskipun agak tertunda, untuk mempersenjatai ulang Partai Bolshevik secara ideologis. Insting kelas proletariat dan tekanan revolusioner dari jajaran anggota partai, yang disiapkan oleh seluruh kerja Bolshevisme sebelumnya, memungkinkan Lenin, di dalam perjuangannya melawan para pemimpin Bolshevik Tua, untuk mengganti garis kebijakan partai tepat pada waktunya.
Dari sini, apakah kita lalu harus menerima untuk Cina, India dan negeri-negeri lainnya formulasi Lenin pada 1905 dalam bentuk aljabarnya, yaitu dalam semua keambiguannya? Apakah kita harus membiarkan para Stalinis dan Rykovis Cina dan India (Tang Ping-shan[13], Roy[14] dan yang lainnya) untuk mengisi formula tersebut dengan isi borjuis-kecil nasional-demokratik – dan kemudian menunggu kemunculan seorang Lenin yang akan melakukan koreksi yang diperlukan seperti pada 4 April? Tapi apakah koreksi semacam itu dapat dipastikan untuk Cina dan India? Bukankah lebih tepat untuk mengajukan ke dalam formula aljabar ini koreksi-koreksi spesifik tersebut, yang kebenarannya telah terbukti oleh pengalaman sejarah di Rusia dan di Cina?
Apakah ini berarti bahwa slogan kediktatoran demokratik proletar dan tani harus dipahami sebagai sebuah “kesalahan”? Sekarang-sekarang ini, seperti kita ketahui, semua ide dan aksi manusia dibagi menjadi dua kategori: yang sepenuhnya benar, yaitu yang sesuai dengan “garis umum”, dan yang sepenuhnya salah, yakni yang menyimpang dari garis tersebut. Tentu saja ini tidak mencegah apa yang sepenuhnya benar hari ini akan dinyatakan sepenuhnya salah di kemudian hari. Namun sebelum kemunculan “garis umum”, perkembangan ide-ide yang riil juga mengakui metode aproksimasi suksesif untuk mencapai kebenaran. Bahkan di dalam aritmatika pembagian yang sederhana kita perlu bereksperimen dengan pilihan angka-angka kita; yang dimulai dengan angka yang lebih besar atau kecil, dan kemudian menyingkirkan angka-angka lain untuk mencapai angka yang tepat. Dalam memperkirakan target untuk tembakan artileri, metode aproksimasi suksesif dikenal dengan “bracketing”. Kita juga tidak bisa menghindari metode aproksimasi di dalam politik. Intinya adalah untuk segera memahami apa yang salah dan mengajukan koreksi yang dibutuhkan tanpa ditunda-tunda.
Signifikansi historis besar dari formulasi Lenin adalah bahwa, di bawah kondisi-kondisi epos sejarah baru, formulasi tersebut mampu menganalisa hingga akhir salah satu persoalan teoritis dan politik yang paling penting, yakni persoalan mengenai tingkat kemandirian politik yang mungkin dicapai oleh berbagai macam kelompok borjuis kecil, terutama kaum tani. Karena kelengkapannya, pengalaman Bolshevik dari 1905-17 dengan pasti menutup pintu “kediktatoran demokratik”. Dengan kata-katanya sendiri, Lenin menulis di pintu tersebut: Tidak Ada Jalan Masuk – Tidak Ada Jalan Keluar. Dengan kata-kata ini dia menformulasikan: Kaum tani harus mengikuti kaum borjuasi atau kaum buruh. Namun para epigone sepenuhnya mengabaikan kesimpulan yang telah diraih oleh formulasi tua Bolshevisme tersebut, dan bertentangan dengan kesimpulan tersebut mereka memuja-muja sebuah hipotesa sementara dengan memasukkannya ke dalam program. Secara umum, inilah esensi epigonisme.
[1] Mikhail Rodzyanko (1859-1924) adalah seorang tuan tanah besar dan politikus reaksioner Rusia. Setelah Revolusi Februari, dia adalah pemimpin Komite Duma Provisional. Pada Agustus 1917 dia mendukung usaha kudeta jendral Kornilov.
[2] Alexander Guchkov (1862-1936) adalah tuan tanah Moskow dan industrialis. Setelah revolusi Februari 1917, Guchkov adalah Menteri Perang pertama dalam Pemerintahan Sementara. Dia mendukung usaha kudeta Jendral Kornilov pada Agustus 1917.
[3] David Lloyd George (1863-1945) adalah seorang politisi Inggris yang menjabat sebagai Perdana Menteri Inggris selama Perang Dunia Pertama dari 1916-1922
[4] Georges Benjamin Clemenceau (1841-1929) adalah politisi Prancis yang menjabat sebagai Perdana Menteri Prancis dari 1906-1909 dan 1917-1920.
[5] Yakovlev baru saja diangkat sebagai Komisar Rakyat Pertanian di Uni Soviet. – L.T.
[6] Notulensi pertemuan Biro Organisasi Komite Sentral pada 22 Mei 1922: “Untuk menginstruksikan Kamerad Yakovlev … untuk menulis sebuah buku teks mengenai sejarah Revolusi Oktober di bawah pengawasan editorial Kamerad Trotsky.” L. T.
[7] Pada tanggal 3 Juni 1907, sebuah kudeta terjadi, yang menandakan secara formal kemenangan kontra-revolusi dan membuka periode reaksi di Rusia.
[8] Mikhail Kalinin (1875-1946) adalah seorang Bolshevik Tua dan menjabat sebagai Ketua Komite Eksekutif Pusat Soviet1919-1938 dan Ketua Presidium Uni Soviet (1938-1946). Dia mendukung faksi Stalin dalam melawan Trotsky sejak awal.
[9] Vladimir Milyutin (1884-1937) adalah anggota Komite Sentral Bolshevik dari 1912-1932 dan Komisar Pertanian Soviet. Dia mendukung Stalin. Dia akhirnya menjadi korban dari pembersihan Stalin, dan meninggal di penjara.
[10] Nikolai Krestinsky (1883-1938) adalah anggota Politbiro Bolshevik pada 1919. Dia mendukung Oposisi Kiri pada 1923-24, walaupun pada 1928 dia lalu menyerah kepada Stalinisme. Dia difitnah di Persidangan Moskow dan dieksekusi.
[11] Mikhail Frunze (1885-1925) adalah seorang Bolshevik Tua. Dia adalah salah satu pemimpin Tentara Merah terkemuka pada saat Perang Sipil. Dia menggantikan Trotsky sebagai Komisar Perang Soviet pada 1925.
[12] Ivar Tenisovich Smilga (1892-1938) adalah ketua Komite Regional Soviet Rusia di Finlandia pada 1917 dan pada waktu Revolusi Oktober adalah pemimpin Bolshevik di Armada Baltic. Dia adalah anggota Oposisi Kiri,namun lalu menyerah pada Stalin. Akan tetapi Stalin tetap memecatnya dari partai dan mengasingkannya ke Siberia pada 1929. Dia ditangkap pada 1935 dan difitnah sebagai teroris saat Pengadilan Moskow yangpertama. Smilga kemungkinan dieksekusi pada 1938.
[13] Tan Ping-shan (1886-1956) adalah salah seorang anggota Komite Sentral Partai Komunis Cina dari 1923-27.
[14] Manabendra Nath Roy atau M.N. Roy (1887-1954) adalah pendiri Partai Komunis India. Lenin menyebutnya sebagai “Marx Oriental”. Roy dipecat dari Komunis Internasional pada 1929 karena menentang kebijakan sektarian ekstrim kiri yang diadopsi di Kongres Keenam. Dia akhirnya bergerak menjauhi Marxisme dan menjadi pendukung filosofi Humanisme Radikal.